Sunday, July 17, 2011

Cara Menghitung Awal Ramadhan

Yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.

Hilal yaitu bulan baru atau Bulan sabit yang waktunya ditentukan ALLAH 12 kali dalam satu tahun, dinyatakan dalam Ayat 10/5 dan 9/36. Itulah yang harus dijadikan dasar penanggalan.

Perlu dicatat bahwa Bulan mengorbit keliling Bumi sejauh 331˚ 15’, selama 29 hari 12 jam 44,04 menit. Dia bergerak dalam satu hari sejauh 11˚ 12’. Jadi keliling 360˚ - 331˚ 15’ = 28˚ 45’ kalau dikalikan 12 bulan Qamariah maka satu tahun Islam adalah 354 hari 8 jam 48 menit dan 36 detik atau 345 derajat gerak edar Bumi keliling Surya.

Ramadhan adalah bulan kesembilan setiap tahun Qamariah. Selama siang hari pada bulan itu, lelaki dan perempuan diwajibkan berpuasa yaitu menekan kehendak perut dan kehendak syahwat disamping melakukan ketentuan hukum lainnya dalam Islam. Gunanya tidak lain agar manusia beroleh keinsyafan sejalan dengan tuntunan hidup dalam Alquran yang diturunkan dulunya juga pada bulan itu. Hal demikian menjadi salah satu unsur kenapa orang dianjurkan memakai penanggalan Lunar Year, termuat pada Ayat 9/36 dan 9/37, dan dilarang memakai penanggalan Solar Year yaitu pergantian musim yang dari abad ke abad selalu berkurang waktunya.

Secara umum, penanggalan Qamariah dapat diketahui berlangsung permanen di seluruh zaman atas perhitungan orbit Bulan keliling Bumi dengan kecepatan tanpa perubahan, dimulai dari waktu berlakunya sesuatu gerhana Surya total ataupun separuhnya. Untuk itu telah kita susun suatu kalender dimulai dari Tahun 1351 sampai dengan Tahun 1450. Itulah yang dimaksud ALLAH pada Ayat 2/185 “siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklak mempuasakannya,” dan sebelumnya hendaklah menyampaikan kepada masyarakat tentang ibadah itu. Jadi, bukanlah orang yang mengetahui awal bulan itu harus berpuasa sendiri sambil membiarkan orang lain saling bertanya atau menunggu terbitnya Hilal bulan Ramadhan secara nyata di angkasa. Sikap begini tidak tepat bagi orang-orang beriman yang hidup dalam masyarakat Islam termuat pada awal Ayat 2/185 itu sendiri.

Tetapi semenjak lama sudah menjadi tradisi pada sementara masyarakat Islam bahwa mereka memahami maksud Ayat Suci tadi dengan melihat Hilal Ramadhan di ufuk barat sewaktu Surya hendak atau sudah terbenam, bahkan ada yang membentuk badan dan jawatan resmi untuk keperluan itu dengan ongkos besar dan usaha susah payah. Mungkin mereka tidak memiliki bahan perhitungan cukup untuk suatu susunan kalender Qamariah jangka panjang, maka dalam hal ini wajarlah mereka memakai Rukyah atau melihat Hilal Bulan di ufuk barat. Dan memang pada Ayat 2/184 dinyatakan puasa itu pada hari-hari berbilang yaitu bukan selama jumlah hari yang tegas ditentukan. Semenjak zaman Nabi Muhammad pernah kejadian bahwa Ramadhan ada kalanya 30 hari dan ada kalanya 29 hari, sedangkan 11 bulan lainnya mempunyai jumlah hari yang tetap dari tahun ke tahun.

Sebaliknya mungkin pula mereka salah tanggap tentang beberapa istilah hingga juga menimbulkan salah terjemah dan salah pasang. Kalimat asli pada Ayat 2/185 diantaranya berbunyi “FAMAN SYAHIDA MINKUMUSY SYAHRA FAL YASHUMHU”, hingga mengandung ketentuan ilmiah tentang perhitungan penanggalan Qamariah, tetapi ada terjemahan Alquran di akhir abad 14 Hijriah memberikan arti lain, di bawah ini kita kutipkan dan membandingkan dengan terjemahan wajar:

Terjemahan keliru:

2/185. ………………………………………………

Barang siapa di antara kamu menjalani bulan itu hendaklah berpuasa selama itu…..

2/185. ……………………………………………

Barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu,

hendaklah dia berpuasa pada bulan itu.

Terjemahan wajar:

2/185. ... ................

Siapa yang membuktikan dari kamu bulan itu, hendaklah mempuasakannya.

Walaupun pada ketiga terjemahan itu terdapat perbedaan yang banyak, namun yang diperbincangkan di sini hanyalah mengenai terjemahan istilah SYAHIDA dan SYAHRA. Kedua macam istilah itu banyak ditemui dalam Alquran, SYAHIDA tercantum pada Ayat 2/185, 3/18, 3/86, 4/15, 6/19, 6/130, 6/150, 7/37, 12/26, 12/81, 21/61, 24/2, 24/8, 24/24, 27/32, 41/20, 43/19, 43/86, 46/10, 59/11, dan 65/2. Semuanya berarti “membuktikan” dan tidak satu juga yang diartikan dengan “menjalani” atau “hadir”. Bagaimana pula cara menterjemahkan dua kalimat syahadah jika SYAHIDA diartikan dengan itu hingga berupa “Aku menjalani (hadir) bahwa tiada Tuhan selain ALLAH.” Jadi SYAHIDA haruslah diartikan dengan MEMBUKTIKAN yaitu pengakuan ilmiah bahwa Tuhan hanya ALLAH dan Muhammad Rasul-NYA sekali pun tidak pernah melihatnya.

Sejauh ini kita belum sampai pada sasaran tentang sebab-musabab adanya masyarakat yang melihat Hilal Ramadhan agar besoknya mulai berpuasa wajib. Mungkin ada orang yang memahami Ayat 2/185 tadi dengan “Siapa yang melihat dari kamu Bulan itu hendaklah mempuasakannya.” Hal ini pun bersalahan dengan maksud Ayat Suci sebenarnya, karena yang dapat dilihat ialah MOON atau BULAN yang mengorbit di angkasa, dalam Alquran disebut dengan QAMAR, sedangkan yang tercantum pada Ayat 2/185 ialah istilah SYAHRA berarti “bulan” penanggalan yang tidak dapat dilihat dengan mata karena dia hanyalah nama dari sejumlah hari berkelompok jadi satu bagian dari duabelas bagian lainnya dalam setahun. Istilah SYAHRU dapat dibaca pada Ayat 2/185, 4/92, 9/36, 34/12, dan 46/15.

Jadi, yang dimaksud pada Ayat 2/185 bukanlah melihat Bulan atau Hilalnya di ufuk barat waktu maghrib, tetapi mengetahui bulan penanggalan Ramadhan dan dapat membuktikan dengan perhitungannya, langsung menyatakan kepada masyarakat melalui berbagai media, lalu memulai ibadah puasa Ramadhan pada hari tanggal pertama dari bulan itu.

Buka juga Artikel di bawah (mengenai Kalender Islam) :

Wednesday, July 6, 2011

Rifat Sungkar, Catatan Si Boy Drift Bunderan HI " The Best Drift in Indo...

Catatan Harian Si Boy (Unofficial Trailer) - Rilis 1 Juli 2011

Catatan Harian Si Boy (2011)

Directed by Putrama Tuta Produced by Putrama Tuta Written by Priesnanda Dwisastria Starring Ario Bayu, Carissa Puteri, Paul Foster, Poppy Sovia, Abimana Arya, Albert Halim, Tara Basro, Didi Petet, Btari Karlinda, Leroy Osmani, Onky Alexander, Joko Anwar, Nazyra C. Noer, Verdi Solaeman, Cut Tari, Richard Kevin, Roy Marten  Music by Aghi Narottama Cinematography Yunus Pasolang Editing by Aline Jusria, Dinda Amanda Studio Tuta Media Production/Masimma Contents+Channels/700 Pictures Running time 99 minutes Country Indonesia Language Indonesian, English

Review: Catatan Harian Si Boy (2011)


Karakter Boy – sosok pria yang tampan, kaya, cerdas namun tetap rendah hati dan taat beribadah (baca: sempurna) – dari lima seri film Catatan Si Boy (1987 – 1991) tampil sangat melekat pada generasi pecinta film nasional di era tersebut. Begitu melekatnya karakter Boy, karakter tersebut bahkan mengambil sebuah bagian penting dalam pop culture Indonesia hingga saat ini. Maka adalah sangat wajar bila saat produser sekaligus sutradara debutan, Putrama Tuta, mengungkapkan bahwa dirinya merasa tertarik untuk kembali membawa salah satu ikon pop nasional tersebut kembali ke layar lebar bagi sebuah generasi yang telah jauh berbeda akan menimbulkan rasa penasaran yang cukup besar di benak banyak orang.
Namun jangan salah! Catatan Harian Si Boy karya Putrama Tuta sama sekali bukanlah sebuah remake dari Catatan Si Boy. Dapat dikatakan, Catatan Harian Si Boy adalah sebuah regenerasi dari seri film legendaris tersebut. Karakter utama yang mengisi jalan cerita bukan lagi diisi oleh nama-nama karakter seperti Boy, Nuke, Emon atau Kendi. Catatan Harian Si Boy adalah sebuah film yang baru secara keseluruhan, namun memanfaatkan beberapa gimmick yang berada di lima seri film Catatan Si Boy di dalam jalan ceritanya sebagai benang merah terhadap seri film tersebut. Sebut saja kesamaan sifat beberapa karakter di film baru atau, sebuah benda yang menjadi bagian vital dari jalan cerita film baru ini, sebuah catatan harian milik Boy.
Alur kisah utama dari Catatan Harian Si Boy dipegang oleh seorang karakter bernama Satrio (Ario Bayu) — yang memiliki kesamaan sifat dengan karakter Boy: tampan, berasal dari keluarga kaya, rendah hati dan taat beribaha. Satrio yang bekerja di sebuah bengkel mobil milik Nina (Poppy Sovia) memiliki hobi untuk melakukan adu balap liar. Sialnya, seiring dengan seringnya ia melakukan adu balap liar tersebut, sesering itu pula ia akhirnya tertangkap oleh polisi. Namun, sebuah penangkapan oleh polisi yang terakhir terjadi pada dirinya membawa sebuah alur kisah baru pada hidupnya. Di saat ia akan dibebaskan, Satrio berkenalan dengan Natasha (Carissa Puteri), gadis cantik yang baru pulang dari London namun baru saja mengalami perampokan bersama kekasihnya, Nico (Paul Foster). Atas saran petugas polisi, Natasha akhirnya pulang bersama Satrio dan teman-temannya, Nina, Herry (Albert Halim) – yang akan mengingatkan siapapun dengan karakter Emon — dan Andi (Abimana Arya). Dalam perjalanan itulah, Natasha mengisahkan bahwa kepulangannya ke Indonesia adalah untuk mengunjungi sang ibu yang sedang dirawat di rumah sakit.
Selama dirawat, ibu Natasha tak pernah melepaskan genggamannya dari sebuah catatan harian milik seorang pria yang bernama Raden Ario Purbo Joyodiningrat atau yang lebih akrab disebut dengan Boy (Onky Alexander). Setelah membaca isi catatan harian tersebut, Natasha mengetahui bahwa ibunya pernah memiliki hubungan asmara dengan pria tersebut. Kini, Natasha berniat untuk mencari Boy dengan harapan agar kedatangan Boy akan mampu membantu kesembuhan ibunya. Satrio yang merasa prihatin terhadap kisah Natasha akhirnya membantu Natasha untuk menemukan Boy. Dalam perjalanan mereka, keduanya mulai saling tertarik satu sama lain. Yang jelas akan menimbulkan masalah bagi kekasih Natasha, Nico, serta Nina, yang selama ini telah memendam rasa sukanya pada Boy.
Ditulis oleh Priesnanda Dwisastria, naskah cerita Catatan Harian Si Boy sebenarnya tidak lebih dari sekedar kisah tradisional mengenai persahabatan sekelompok pemuda serta kisah cinta segitiga yang terjadi di dalam maupun di luar persahabatan tersebut. Hampir senada dengan alur kisah yang dibawakan lima seri Catatan Si Boy. Namun, Priesnanda menemukan cara yang sangat efektif dalam memberikan sebuah kesegaran dan daya tarik yang baru bagi kisah tradisional tersebut. Susunan plot cerita tetap berpegangan teguh pada kisah persahabatan a la seri film Catatan Si Boy namun ditampilkan dengan cita rasa modern yang sangat melekat dengan tata cara kehidupan kawula muda saat ini. Yang lebih mengagumkan lagi, Priesnanda mampu menuliskan deretan dialog-dialog menghibur yang segar serta konyol namun terkadang juga mampu hadir dengan penuh nilai filosofis yang tinggi. Sebuah pendekatan yang sangat efektif bagi kalangan pemuda modern saat ini.
Naskah yang cerdas tersebut kemudian mendapatkan eksekusi yang sangat baik dari Putrama Tuta. Ia berhasil menerjemahkan naskah karya Priesnanda menjadi sebuah jalan kisah yang memikat dengan mampu menjaga alur cerita film ini dengan sempurna. Ritme penceritaan film ini tidak pernah terasa berjalan begitu cepat namun juga terhindar dari alur cerita yang berjalan lamban. Konsekuensinya, seiring dengan para penonton film semakin mengenal tiap karakter yang ada di film ini – sifatnya, permasalahannya dan usaha mereka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut – penonton akan merasa semakin dekat dengan mereka dan alur cerita yang sedang terjadi akan dengan sangat mudah mengalir dan dinikmati.
Putrama juga berhasil dalam mengarahkan tiap jajaran pemerannya untuk menghidupkan setiap karakter yang mereka perankan. Ario Bayu mampu membawakan karakter Satrio menjadi begitu menarik di sepanjang jalan cerita. Beberapa cela memang masih dapat terlihat – Paul Foster yang masih terlihat kaku di beberapa bagian serta Carissa Puteri yang masih belum mampu memberikan ekspresi wajah yang lebih emosional pada beberapa adegan yang lebih membutuhkan kemampuan tersebut, Onky Alexander yang terlihat sedikit gugup pada akting pertamanya setelah sekian tahun – namun secara keseluruhan, departemen akting Catatan Harian Si Boy tampil sangat memuaskan dengan chemistry satu sama lain yang benar-benar erat. Pujian khusus harus diberikan pada Albert Halim, Abimana Arya dan Poppy Sovia. Tiga karakter yang mereka perankan memang diberkahi deretan dialog yang sangat menghibur, tajam dan penuh arti. Ketika ketiganya berhasil mengeksekusi dialog-dialog tersebut dengan baik, karakter-karakter yang mereka perankan mampu tampil begitu mencuri perhatian. Oh, jangan lupa untuk mencari tampilan cameo nama-nama besar di dunia entertainment Indonesia selama durasi film ini berjalan! They’re everywhere!
Berangkat dari sebuah kisah yang legendaris, untuk kemudian diterapkan dan diadaptasi dalam sebuah naskah cerita baru yang walaupun memiliki tema dan jalan cerita yang sederhana namun mampu disusun secara dinamis dan modern, Catatan Harian Si Boy berhasil dieksekusi dengan baik oleh Putrama Tuta menjadi sebuah kesatuan cerita baru dan menarik. Tidak hanya unggul dari naskah dan pengarahannya, tampilan Catatan Harian Si Boy juga semakin diperkuat dengan jajaran departemen akting yang berhasil memberikan penampilan terbaik mereka serta tata produksi yang sangat unggul (tata musik arahan Aghi Narottama benar-benar juara!). Catatan Harian Si Boy adalah sebuah presentasi yang sangat, sangat menyegarkan dalam dunia sinema nasional! Bravo!